5 Alasan Dibalik Viralnya Dudung dan Nikita Mirzani

0 0
Read Time:3 Minute, 46 Second

AdaNews.id-Dua nama yang sangat fenomenal akhir-akhir ini, tidak bisa digeser oleh poros Anies-JK-Riziek sekalipun. Malah NiKITA ini menenggelamkan niKAMI, apa boleh buat, keadaan dan semesta memang demikian adanya. Siapa yang bisa menyangka Dudung Abdurahman kini menjadi buah bibir dan mengalir dukungan kepadanya beserta jajaran.

Ungkapan tukang obat yang menjadi heboh karena dibalas dengan lonte dan ancaman digerudug 800 orang, proporsi perlawanan yang tidak sebanding, membuat publik bergerak. Dukungan dan sikap membela artis yang meminta dipanggil Nyai, mengubah persepsi publik atas keberadaan Nikmir sendiri.

Selama ini lebih cenderung menilai artis ini dengan miring. Namun melihat ujaran Rizieq dalam acara sakral naun dihiasi kata makian, termasuk kepada kepolisian menjadikan rasa simpati publik bergerak pada arah yang tidak disangka-sangka Rizieq dan kawan-kawan.

Pangdam Jaya, Dudung Abdurachman pun setali tiga uang. Ia selama ini jenderal biasa, sama sekali tidak banyak pembicaraan dan pemberitaan mengenainya. Dengan keberanian menurunkan baliho Rizieq dan ujarannya mengenai FPI itu siapa menyuruh-nyuruh, bubarkan saja.

Sama halnya dengan Rizieq yang ia pandang sebagai warga biasa. Tidak ada hak istimewa apapun atas dirinya. Berkaca dari cara berkata dan bertindak tanduk selama ini.

Keduanya bersikap tidak terlalu jauh waktunya. Mungkin keduanya juga tidak menyangka akan menjadi viral dan menimbulkan gelombang penolakan kedatangan Rizieq di mana-mana. Baliho diturunkan dilaporkan dari banyak kota dan daerah.

Mengapa menjadi demikian heboh dan viral?

Satu. FPI dan Rizieq seolah menjadi musuh bersama. Pemicu kata tukang obat dan siapa Rizieq memantik keberanian publik yang selama ini diam, takut, berbuat juga percuma, merasa tidak ada guna, tersadarkan. Oh iya, ketika ada dua orang yang cukup memiliki power bersuara, yang lainnya ikut menyuarakan, akhirnya menjadi bak bola salju yang menggelinding sangat liar dan ke mana-mana.

Pemicu yang terjadi pada saat dan moment yang tepat. Tidak ada yang bisa merencanakan, pun menghalangi, ketika ini adalah kehendak Semesta. Semua terlibas dengan sendirinya.

Dua. Kondisi kesehatan Rizieq yang masih spekulatif membuatnya makin tersudut. Mau membela diri atas tantangan test DNA yang dinyatakan Nikmir, ia tidak bisa membalas. Kan mengaku sakit pada polisi saat dipanggil. Atau provokasi naik moge mau ke Petamburan untuk turunkan baliho, lagi-lagi hanya marah di dalam kamarnya sendiri.

Makin terdesak dengan keberanian ormas seperti FBR, dan juga pelaporan dari daerah di mana balihonya diturunkan, juga penolakan kedatangannya. Ini tentu saja menyesakan dadanya.

Tiga. Keberanian itu menular dan menjalar. Identik dengan point satu, provokasi, pernyataan, dan juga sikap ugal-ugalan Rizieq dan FPI sudah pada ambang batas diterima. Kemarahan yang ditahan selama ini telah mencapai ambang batasnya. Sedikit saja pemantik, semua berhamburan menerpa. Siapa bermain angin akan menuai badai sedang Rizieq alami. Sikap arogan, merasa diri paling itu kini ada sikap perlawanan. Nampaknya ia sedang tidak siap, sehingga menjadi galau dan ucapan dan perilakunya menjadi tidak terkendali.

Empat. Deportasi, lebih menyulitkan karena tidak ada lagi tempat bernaung yang sangat strategis. Alasan ibadah tidak bisa mengerdilkannya dengan tudingan kabur. Misalnya pergi ke Yaman, Turki, atau Malaysia, jelas itu adalah kabur. Berbeda jika ke Arab Saudi. Ibadah, alasan suci.

Deportasi menelikung langkahnya untuk bisa kembali. Pasti ada batasan waktu dan catatan-catatan lain untuk bisa kembali ke sana. Plus masih juga sakit, bencana dobel, sudah jatuh tertimpa tangga namanya.

Lima. Ini memperlihatkan aslinya kerja sama warga negara, menghadapi Rizieq yang selama ini mendapatkan nasihat dari banyak pihak. Melihat dan menelaah kemampuannya tidak akan sampai bisa mengelola isu-isu yang sangat pelik demi kepentingan politis.

Keadaan apapun bisa ia jadikan bahan untuk mendeskreditkan pemerintah, itu pasti masukan dari para bohir selama ini. Kini mereka tiarap atau mundur teratur, sepenuhnya tergantung mereka sendiri. Terlihat belepotan dan ngawur apa yang mereka nyatakan.

Tidak akan ada pesta dan pertunjukkan yang tidak usai. Semua ada akhirnya. Ternyata pandemi ikut membantu memadamkan ugal-ugalannya Rizieq dan FPI. Siapa yang menyangka orang yang agitasinya sangat menyakitkan banyak pihak itu kini terkurung dalam tempurung ciptaannya sendiri. Tidak bisa ke mana-mana karena pengakuan sakit. Mau covid atau bukan tetap memenjaranya untuk bisa leluasa. Kalau sampai terbang ke luar kota, polisi berhak menangkapnya dengan pasal lari dari pemeriksaan, penipu aparat dengan mengaku sakit.

Semua ada masanya. Baru saja menantang siapa saja, menuding siapa saja sebagai salah, kini terkurung dan terkungkung karena semua pihak sudah seia sekata menyatakan ada potensi kesalahan. Pembelaan dari pihak-pihak luar, hanya semata upaya terakhir, sebentar lagi juga akan hilang, karena mereka pasti engan dekat dengan kerbau kotor.

Layak menanti betapa menariknya Rizieq Shihab “memenjara” dirinya sendiri. Tahanan rumah yang tentu saja lebih nyaman dari kos-kosan di Arab sana. Toh sama-sama tidak leluasa. (Susy Haryawan)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: