Bukan Senja Terakhir, Novel Karya Dadang Kusna

1 0
Read Time:1 Minute, 59 Second

SUMEDANG, AdaNews – Apakah anda senang berimajinasi dan menuangkannya ke dalam tulisan? Jawabannya pasti beragam. Namun, satu hal yang pasti menulis hingga menerbitkan hasilnya ke dalam sebuah buku, bukan perkara mudah. Apalagi dengan seleksi ketat dari para penerbit. Akan tetapi, tidak ada kata menyerah bagi mereka yang bermental baja dan memiliki niat kuat. Dan, tentu saja dibarengi kemampuan menulis mumpuni.

Dadang Kusna atau biasa disapa Daku adalah salah seorang yang memenuhi kriteria tadi.

Bagi sebagian besar masyarakat Sumedang mungkin sudah cukup mengenal sosok yang satu ini. Dia Pria kelahiran Bandung ini yang tumbuh besar dalam  lingkungan organisasi dan partai politik. Untuk saat ini, pria yang pernah menjabat sebagai Ketua KNPI ini tengah aktip di Partai Nasdem dan berposisi sebagai Bendahara DPD Nasdem Kabupaten Sumedang.

Namun siapa sangka, selain aktip berpartai, Daku ini memiliki talenta menulis yang bisa dibilang luar biasa. Dia mampu menuangkan imajinasi dan isi pikirannya dalam sebuah karya novel. 

Buktinya, Daku sukses meluncurkan Novel perdananya dengan judul “Bukan Senja Terakhir”. Sebuah cerita roman tentang seorang remaja yang kehilangan kekasihnya. Dipaksa berpisah oleh maut. 

Satu hal yang menjadikan Novel karya Daku ini luar biasa yaitu tata kalimat dan bahasanya sarat dengan kata-kata puitis dan alur ceritanya renyah untuk dinikmati pembaca.

Penasaran? Ini penggalan cerita novel Bukan Senja Terakhir :

“Bayang-bayang Vakyani tidak bisa lepas begitu saja dari pikirannya. Danang benar-benar jatuh cinta kepada gadis alim itu. Sikapnya yang santun membuat hatinya tak berdaya. Jiwa puitisnya meronta-ronta merangkai kata-kata dalam benaknya.

“Betapa inginnya aku merangkai embun yang jatuh menjadi satu sajak yang utuh. Namun, aku hanya punya benang rapuh. Hanya bisa menyitir syair-syair yang lahir dari rahim malam yang runtuh. Untuk kemudian aku jadikan segenggam kalimat serupa rintik gerimis. Di tengah badai kehidupan yang hadir secara ritmis.

Aku mulai memungut remah matahari di pagi yang masih terlalu sepi. Sebagian jatuh sebagai filosofi. Sisanya tersembunyi jauh di ruang memori. Betapa inginnya aku menganyam ruas jari cemara dalam lantunan langgam yang mampu berbicara. Akan tetapi aku hanya bisa menemukan kata-kata sisa. Dari pertunjukan mimpi yang tak lagi berorkestra, lalu terdiam.”

Wow … luar biasa memang kekuatan cinta. Semua yang kena racun panahnya akan berubah menjadi pujangga. Tidak terkecuali Danang. Dia yang sudah menyukai puisi, tambah mengalir kalimat-kalimat puitis terlahir dari imajinasinya.

Nah, bagi anda yang penasaran, silahkan hubungi Kamila Ibrahim, Marketing buku “Bukan Senja Terakhir”

No Hp. +62 838-1331-3328

 

Elang Salamina

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

2 thoughts on “Bukan Senja Terakhir, Novel Karya Dadang Kusna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: