Cerpen||”Today is Friday the 13th”, Jangan Telpon Ibumu

0 0
Read Time:2 Minute, 37 Second

AdaNews.id-Mark menelpon ibunya, memberi kabar bahwa ia akan pulang malam ini juga. Nyonya Emilia tentu saja merasa sangat gembira.

Segera perempuan berusia paruh baya itu merapikan meja makan. Ia ingin menyiapkan hidangan paling istimewa untuk menyambut Mark, anak semata wayangnya yang lama menetap di luar kota itu.

Usai merapikan meja makan Nyonya Emilia memutuskan pergi sebentar ke super market terdekat. Ia butuh beberapa batang lilin untuk berjaga-jaga jikalau nanti listrik di rumahnya mendadak padam.

Tidak sampai sepuluh menit Nyonya Emilia sudah kembali. Tergesa ia membuka pintu rumah yang tidak terkunci. Dan, matanya berbinar indah begitu melihat Mark sudah duduk di ruang makan dengan posisi membelakangi.

Tapi langkah perempuan itu mendadak terhenti. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang dirasanya sangat janggal.

Mark. Secepat itu ia tiba di rumah? Hanya berselang dua puluh menit usai mereka mengakhiri percakapan lewat telpon.

Sungguh, itu sangat tidak mungkin. Mengingat jarak kota tempat tinggal Mark cukup jauh. Jika ditempuh dengan kendaraan umum paling cepat memakan waktu satu jam.

“Mom, aku berangkat menggunakan kereta api super ekspres.” Seolah mengetahui apa yang tengah berkecamuk di dalam pikiran ibunya, Mark menjelaskan.

Nyonya Emilia masih berdiri mematung. Entah mengapa penjelasan Mark justru membuatnya semakin ragu.

“Boleh aku memulai makan malamnya, Mom? Cacing-cacing di dalam perutku sedari tadi sudah menari-nari,” Mark meraih piring yang ditumpuk di atas meja.

Saat itulah—saat Mark mengulurkan tangan—Nyonya Emilia menyadari. Alangkah panjang jemari dan kuku-kuku Mark!


Meski waktu dirasa berjalan sangat lambat, Nyonya Emilia berusaha bersikap setenang mungkin. Ia tidak boleh panik.

“Oh, Mom, kau belum memasak apapun untukku?” Mark bertanya kecewa, tanpa menoleh.

“Aku masih menyimpan daging ayam segar di dalam kulkas, Mark. Boleh aku memanggangnya sebentar?”

“Bawa saja daging ayam segar itu ke sini. Aku lebih suka memakannya langsung—maksudku, aku tidak ingin merepotkanmu. Aku akan memanggangnya sendiri.”

Nyonya Emilia tersenyum. Ia semakin yakin bahwa pemuda yang duduk membelakanginya itu bukanlah Mark. Sebab Mark—anaknya itu tidak makan daging ayam. Mark seorang vegetarian.

Seraya membuka lemari pendingin, Nyonya Emilia menyempatkan melirik ke arah kalender yang terpampang di dinding. Sontak perempuan itu tesentak.

Astaga! Today is Friday the 13th!

Nyonya Emilia tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Diraihnya seikat bawang putih yang selalu diletakkannya di rak lemari pendingin paling atas.

Sekejap kemudian badannya yang kurus berbalik dengan cepat. Diangkatnya tinggi-tinggi ikatan bawang putih itu seraya berseru lantang, “Aku tidak tahu siapa dirimu. Tapi aku tahu kamu bukan Mark!”

Pemuda yang duduk membelakanginya itu sontak menoleh. Dan itu membuat jantung Nyonya Emilia nyaris terlompat.

Betapa mengerikan wajah pemuda yang mengaku sebagai anaknya itu! Wajah itu berlubang tanpa daging. Matanya merah menyala seperti api.

Tapi mata merah menyala itu seketika meredup lalu berubah menjadi abu-abu begitu melihat untaian bawang putih di tangan Nyonya Emilia.

Selanjutnya, entah apa penyebabnya, sosok mengerikan itu tersentak dari kursi dan melayang secepat kilat melewati jendela yang dibiarkan terbuka.

Bersamaan dengan itu terdengar derap langkah seseorang memasuki ruang makan.

Mark.

Pemuda itu terheran-heran ketika melihat ibunya duduk meringkuk di dekat lemari pendingin.

Semakin terheran lagi ketika ia menemukan potongan jari tangan berkuku panjang tergeletak di atas piring makan!

Lilik Fatimah Azzahra

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: