Dibalik Puja-puji Ganjar pada Megawati

0 0
Read Time:3 Minute, 50 Second

AdaNews – TIDAK mengherankan apabila kader partai memuji ketua umumnya. Namun, pujian kader PDIP sekaligus Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kepada Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri memiliki nuansa berbeda setelah “drama” sepanjang satu tahun terakhir.

Pertemuan terakhir Ganjar dengan Megawati bahkan sudah terjadi cukup lama. Kala itu Ganjar berkunjung ke kediaman Megawati guna menyerahkan lukisan karya Gregorius Djoko Susilo. Bahkan, dia sempat memvideokan pertemuan itu yang kemudian diunggah oleh akun Instagram @djokosusilo_painting, tanggal 22 Mei 2021.

Selepas itu, publik disuguhi serangan-serangan pedas kader PDIP terhadap Ganjar, termasuk Ketua DPP PDIP, Puan Maharani. Meski, sang Ketua DPR RI itu tidak pernah menyebut nama.

Salah satu yang mungkin membekas adalah keluhannya soal kepala daerah yang enggan menyambut kedatangannya. Tercatat, dalam setahun terakhir beberapa kali Puan berkunjung ke Jawa Tengah tanpa “disambut” Ganjar Pranowo.

Koleganya di partai menyebut, Ganjar terlalu kemajon dan kemlinthi dalam perburuan tiket calon presiden (capres). Pasalnya, belum ada instruksi dari Megawati selaku pemegang hak prerogatif dalam menentukan capres yang akan diusung PDIP.

Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang “Pacul” Wuryanto, bahkan sempat menuduh Ganjar akan memanfaatkan tingginya elektabilitas untuk menekan Megawati.

Menghadapi ragam tudingan, Ganjar tampak tidak terlalu merespon. Roadshow ke berbagai daerah terus dilakukan baik atas nama Pemprov Jawa Tengah, maupun dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama).

Ketegangan di kandang banteng, merembet ke Istana. Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap sudah memberikan sinyal dukungan kepada Ganjar. Lantaran, mantan Walikota Solo itu sempat melontarkan sinyal dukungan terhadap Ganjar, yang disampaikan depan para relawannya. Pro Jokowi (Projo) dan Sekretaris Nasional (Seknas) Jokowi.

Ojo kesusu sik, meski mungkin yang kita dukung ada di sini”. Kalimat bersayap ini diucapkan Jokowi pada Rekernas Projo di Magelang, yang dihadiri Ganjar. Penulis rasa, statement Jokowi ini tidak membutuhkan ahli bahasa politik untuk menafsirkannya, alias sudah terang benderang.

Namun kemudian, ketegangan di tubuh PDIP seolah tampak senyap setelah adanya dua momen pertemuan Jokowi dengan Megawati. Perbincangan sekitar 20 menit di istana sebelum pelantikan kepengurusan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)  di mana Megawati duduk sebagai Ketua Dewan Pengarah, mencairkan isu ketegangan.

Tak hanya itu, seperti hendak meledek publik, saat meresmikan Masjid At Taufik di Lenteng Agung, 8 Juni 2022, Jokowi mengatakan hubungannya dengan Megawati seperti ibu dan anak, sehingga wajar jika kadang ada perbedaan. Kalimat Jokowi ini bisa ditafsirkan, bila memang sebelumnya sempat terjadi perbedaan. Dan, hal ini mementahkan penyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto ketika ditanya terkait isu keretakan hubungan Jokowi dan Megawati.

Selang 5 hari kemudian, Ganjar dalam program Aiman, di Kompas TV, 13 Juni 2022, menyebut dirinya sering “dijewer” Megawati, termasuk soal rob di pantura. Seperti halnya Jokowi, Ganjar pun menyebut “ibu menjewer anaknya biasa”. Ganjar juga mengangap kritik keras dari rekan-rekan separtainya sebagai vitamin.

Di program yang sama, Ganjar memberikan pujian setinggi langit kepada Megawati. Disebutkan, Mak Banteng ini memiliki banyak pengalaman dan refleksi politiknya luar biasa. Bahkan seolah “menasehati dirinya sendiri” Ganjar mengatakan (dikutip utuh dari Kompas.com, 16 Juni 2022), “Jadi di di PDI Perjuangan kalau ada survei-survei jangan GR. Kalo ada statment-statment di publik jangan GR. Karena apa pun keputusannya itu semua diserahkan kepada ketua umum. Selesai”.

Ganjar juga menegaskan dirinya masih di dalam kandang, ketika ditanya wartawan perihal munculnya dukungan dari 29 DPW Partai Nasdem.

Apakah “perubahan” sikap Ganjar  buah dari “islah” Jokowi-Megawati? Masih perlu waktu untuk sampai pada kesimpulan demikian. Namun, kita setidaknya bisa melihat  dari dua sisi.

Pertama, muncul kekhawatiran Ganjar akan ditinggal Jokowi. Jika dalam beberapa hari mendatang tetiba riuh suara-suara dukungan kepada Puan dari relawan “sayap lain” Jokowi. Boleh jadi asumsi ini menemukan kebenarannya.

Kedua, kita sedang menyaksikan strategi Ganjar untuk jangka panjang agar tidak muncul rivalitas yang terlalu tajam dengan Puan. Sebab, jika persaingan makin meruncing dan mulai melibatkan simpatisan tingkat grass root, Ganjar akan “dipaksa” melepas atribut PDIP. Padahal itu bukan pilihan terbaik. Jika menengok ke belakang, tak sedikit rekan satu partainya melempem setelah keluar kandang.

Penulis rasa, Ganjar kemungkinan baru akan memberikan reaksi keras, andai pada saatnya nanti Megawati mengambil keputusan berbeda dari ekspektasinya. Namun, tentu saja pilihan ini bukan tanpa resiko. PDIP memiliki kebiasaan mengumumkan calon yang akan diusung dalam gelaran elektoral menjelang menit akhir pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Sangat mungkin saat itu koalisi di luar PDIP sudah terbentuk, lengkap dengan penumpangnya. Artinya, Ganjar akan gagal nyapres karena sudah tidak ada lagi perahu tertambat di dermaga.

Harus diakui, untuk jangka pendek keakraban Jokowi dengan Megawati memang kurang menguntungkan posisi Ganjar. Oleh karenanya Ganjar harus tetap menjaga relasi dengan partai-partai lain sebagai parasut manakala terjadi kondisi darurat. Dengan catatan, tanpa sepengetahun loyalis Puan!

Penulis : Elang Salamina

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: