H. Agus Wahidin, S.Pd., M.Si, Lincah Menulis Pandai Bicara

0 0
Read Time:5 Minute, 48 Second

AdaNews – Di dunia ini banyak orang yang pandai bertutur kata, bercerita, menata kata menjadi bahasa sastra dan endingnya keluar sebuah narasi yang membuat takjub siapapun. Namun, siapa sangka tak sedikit dari orang-orang tersebut ketika diminta untuk mentransfer kepiawaian itu dalam sebuah tulisan, justru tak berkutik. Jari-jarinya kaku, dan otak pun mendadak beku.

Sebaliknya, tak sedikit pula orang yang pandai merangkai hurup demi hurup membentuk sebuah kata, lalu menjadikannya kalimat indah yang tertuang dalam media tulisan. Tapi, tampak begitu kesulitan saat harus mempresentasikannya di depan banyak orang.

Itulah hakekatnya manusia, ditakdirkan untuk memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, khususnya dalam bidang literasi. Kendati begitu, berbahagialah bagi mereka yang memiliki kemampuan mumpuni dalam hal keduanya. Contohnya juga cukup banyak di dunia ini.

Siapa saja mereka?

Dari dunia internasional ada nama Ken Follet. Dia ini adalah lulusan filosofi yang dikenal cakap mempraktikan public speaking atau bicara di depan banyak orang. Kelincahannya dalam mengolah kata demi kata untuk membuat audiensnya kagum tak perlu diragukan.

Namun siapa sangka, Ken Follet juga dikenal sebagai penulis ulung, dan banyak menerbitkan buku. Buku pertama yang berhasil dirilisnya berjudul “The Eye of The Needle“. Yakni, sebuah buku yang menceritakan kehidupan mata-mata pada zaman perang dunia ke-2.

Selain itu ada nama John Grisham. Di balik kesibukannya sebagai pengacara handal, pria lulusan bisnis dan hukum ini juga piawai menulis buku. Bahkan, salah satu bukunya yang berjudul “The Firm” sangat laris (best seller), hingga diangkat menjadi film yang juga sangat diminati di seluruh dunia.

Sedangkan untuk skup nasional, nama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan rasanya layak untuk dikedepankan. Betapa tidak, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini dikenal jago mengolah kata. Bahkan, bagi sebagian kalangan, terutama pihak-pihak yang kurang suka terhadapnya kerap menyindir, sosok yang satu ini lebih jago menata kata daripada menata kota yang tengah dipimpinnya.

Namun, lepas dari itu semua, mantan Rektor Universitas Paramadina ini juga dikenal getol menulis di media sosial resminya. Sebut saja, tulisan yang berjudul’ Simpang Temu Umat Beragama’ dan ‘Jakarta: Rumah untuk Semua’.

Tak hanya itu, pria yang digadang-gadang sebagai kandidat kuat pada Pilpres 2024 ini juga telah menerbitkan beberapa buah buku. Diantaranya adalah ‘Merawat Tenun Kebangsaan, refleksi ihwal kepemimpinan, demokrasi, dan pendidikan‘. Buku ini berisikan catatan serius Anies soal problem negara dan pendidikan di Indonesia.

Pertanyaannya kemudian, adakah dari skup lokal di Kabupaten Sumedang yang mampu menguasai kedua skill seperti tokoh-tokoh yang disebutkan di atas? Penulis yakin cukup banyak. Namun pada kesempatan ini, penulis akan coba khusus menelisik salah seorang pejabat struktural eselon II. Dia adalah Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumedang, H. Agus Wahidin, S.Pd., MSi.

Selaku nahkoda Dinas Pendidikan, tugas Agus tidaklah mudah. Bahkan sangat sulit, apalagi pada masa pandemi. Selain harus memutar otak guna mendapatkan formula tepat tentang bagaimana proses pendidikan agar bisa berjalan efektif selama pagebluk, ia juga dituntut bertanggungjawab dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi, dan membuat pertanggungjawaban tentang pelaksanaan tugas bidang pendidikan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Sumedang.

Tercapainya visi misi di institusi yang Agus pimpin tidak hanya ditentukan oleh kerjasama antara seluruh sistem organisasi, bidang, lini, staf, dan unit pelaksana teknis yang telah dibentuk berdasarkan tugas, pokok, dan fungsinya masing-masing. Namun dibutuhkan kemampun jiwa leadershif seorang Agus serta kemampuan verbal mumpuni agar bisa memberikan pemahaman yang mampu dimengerti oleh setiap praktisi pendidikan yang berada di bawahnya.

Nah, sepengetahuan penulis, dalam hal memberikan pemahaman, Agus Wahidin terbilang piawai. Bahkan, dia juga mampu membuat analogi-analogi sederhana yang sekiranya gampang masuk ke dalam masing-masing benak semua pihak.

Bahkan, kemampuan Alumnus IKIP Bandung (sekarang UPI) ini juga diakui oleh para kepala sekolah, termasuk para tenaga pendidik lainnya. Rata-rata mereka mengutarakan, presentasi Agus begitu ringan, sederhana dan mudah dimengerti, sehingga tidak begitu sulit ketika harus mengimplementasikannya di lapangan. Khususnya, di lingkungan sekolah maupun di lingkungan kantor dinas.

Tak heran, dengan kemampuan manajerial Agus dalam menggerakan orang lain guna mencapai tujuan organisasi, cukup memberikan kontribusi besar bagi kemajuan dunia pendidikan di lingkungan Disdik Kabupaten Sumedang.

Dengan sederet kesibukan Agus selaku Kadisdik, sejatinya tidak ada waktu buat dirinya memikirkan hal lain. Tapi, hal itu tak berlaku pada prinsip hidup pria beranak tiga tersebut. Ia terus berinovasi dan mengasah otak untuk menghasilkan ide dan gagasan demi kemajuan dunia pendidikan di Kabupaten Sumedang.

Dan, ide serta gagasan ini dia tuangkan dengan cara mengandalkan skillnya yang lain. Yakni, menulis.

Ya, dengan kemampuan menulisnya di atas rata-rata, Agus telah berhasil menerbitkan sebuah buku yang isinya tidak jauh-jauh dari problematika pendidikan yang sedang dihadapi saat ini (Baca : Masa darurat pandemi Covid-19 dan masa setelahnya) yang dikaitkan dengan kurikulum Merdeka Belajar produk Kemendikbudristek. Buku tersebut diberi judul “Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran Holistik Integratif” yang selaras dengan ruh Kurikulum Merdeka Belajar.

Intinya, buku ini berisikan tentang bagaimana mengajak pada seluruh tenaga pendidik agar mampu menciptakan iklim belajar yang tidak memukul rata semua siswa, dan mampu mengangkat kembali marwah guru setinggi-tingginya.

Hasilnya cukup luar biasa. Buku tersebut mendapat respon positif dari berbagai kalangan, khususnya praktisi pendidikan. Bila buku ini diaplikasikan dengan benar, kemungkinan besar bakal mampu membayar utang pendidikan yang “hilang” hampir dua tahun lamanya akibat pandemi.

Puaskah Agus dengan segala pencapaian ini? Jawabannya tidak. Sepertinya yang bersangkutan mulai kecanduan menulis. Buktinya, belum lama ini, 12 orang penulis dari kalangan pendidikan yang turut membantu atas sukses terbitnya buku perdana kembali dikumpulkan. Maksudnya adalah merencanakan kembali menulis sebuah buku yang masih erat kaitannya dengan dunia pendidikan.

Masih belum jelas tema apa yang bakal ditulisnya nanti. Namun yang jelas, niat Agus ini selaras dengan anjuran atau ucapan Ali bin Abi Thalib As, agar setiap orang itu harus menulis. “Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak”.

Selain itu, Imam Al Ghazali juga sempat menegaskan, kalau anda bukan siapa-siapa, atau bukan anak Raja dan Ulama besar, maka jadilah penulis. Maksudnya kurang lebih adalah memotivasi setiap insan manusia yang bukan siapa-siapa itu untuk menulis agar menjadi lebih memiliki arti. Seperti apa yang dikatakan Ali bin Abi Thalib As, manusia akan mati tapi karyanya tidak ikut mati.

Sementara Agus sendiri sempat mengatakan pada penulis bahwa dokumen sejarah bisa diabadikan melalui foto, gambar atau video, sedangkan dokumen dari ide dan gagasan diabadikan melalui hasil karya tulisan yang dituangkan dalam sebuah buku.

Catatan Ringan

Menulis adalah proses mengaktualisasikan diri dan memberikan inspirasi kepada orang lain. Selama apa yang dituliskan itu mampu memberikan banyak manfaat pada orang lain, maka akan menjadi amal jariah bagi penulisnya.

Sebaliknya, ketika apa yang dituliskan itu mendatangkan mudharat bagi orang lain, maka yang dihasilkan adalah dosa jariah. Dan, hal ini pasti akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak.

Untuk menulis, kita harus memulainya dengan menulis, bukan dengan membaca atau berbicara. Tapi inspirasinya bisa saja terlahir dari membaca dan berbicara. Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktikannya.

Bahkan, seorang penulis kontemporer asal Amerika Serikat, Stephen Edwin King sempat berujar, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis, namun tidak pernah melakukannya, maka sama saja dengan ingin memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya.

Penulis : Elang Salamina

 

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

One thought on “H. Agus Wahidin, S.Pd., M.Si, Lincah Menulis Pandai Bicara

  1. Ikut merasakan getaran kebahagiaannya. Teruslah berkarya sepenuh hati menggali segala potensi diri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: