AdaNews.id-Tulisan ini terinspirasi dari salah satu film yang tayang di Neflix berjudul The Queen’s Gambit, yang kemudian saya coba kaitkan dengan situasi terkini di ranah politik nasional. Umup dan nyaris panas.
Situasi politik dan keamanan terkini yang melibatkan Rizieq Shihab, Front Pembela Islam (FPI), dan para pengikutnya sangat menarik untuk dicermati apalagi jika dikaitkan dengan “seteru abadi” mereka. Joko Widodo alias Jokowi Presiden Republik Indonesia.
Disebut seteru abadi antara Jokowi versus Rizieq Shihab lantaran sepanjang karir politik Jokowi dikancah perpolitikan nasional, posisinya selalu berhadapan dengan Rizieq dan kelompoknya.
Jika dihitung sejak pemilihan gubernur DKI 2012, saat Jokowi mulai masuk radar kepemimpinan nasional setelah 2 periode namanya cukup dikenal menjadi Walikota Solo, berarti perseteruan antara keduanya sudah menginjak tahun ke-8.
Jokowi sendiri sebenarnya tak memperlihatkan kalau Rizieq Shihab dan kelompoknya itu seteru, karena hingga saat ini, sependek pengetahuan saya, tak pernah satu kata pun keluar dari mulut Jokowi yang mendiskreditkan atau menjelekan apalagi menghina Rizieq Shihab dan kelompoknya tersebut.
Berbeda dengan Rizieq dan FPI serta kelompoknya, mereka begitu agresif menyerang Jokowi dan orang-orang disekitarnya.
Ujaran-ujaran bernada kebencian dan penghinaan berpuluh atau beratus bahkan beribu kali mereka tujukan pada Jokowi.
Mereka dengan sangat jelas mengumbar rasa tidak sukanya, bukan hanya sebatas politik namun sudah masuk dalam ranah personal, yes it is personal.
Tanpa alasan dan bukti yang sumir segala keburukan yang terjadi menimpa mereka itu seolah seluruhnya karena ulah Jokowi.
Mereka pun melihat seluruh hal yang Jokowi lakukan selalu salah, bahkan kejadian yang nun jauh disebarang sana dan sama sekali tak berhubungan dengan tugas dan kewenangan Presiden, yang salah tetap Jokowi.
Mungkin kita masih ingat masalah Rohingnya di Myanmar, kok ujungnya yang salah Jokowi kenapa tak bertindak katanya dengan kejadian di negara orang.
Aneh memang, tak heran kemudian ada istilah “Kaum Salawi” (semua salah Jokowi) disematkan pada mereka.
Begitu pun masalah pelarian Rizieq Shihab ke Arab Saudi dan segala dinamika negatif yang terjadi dalam pelarian itu oleh Rizieq dan kelompoknya dituduhkan pada Jokowi, seolah seluruh keburukan yang terjadi pada Rizieq adalah salah Jokowi.
Dengan kekuatan massa nya, mereka tak henti menyerang Jokowi dengan lisan yang cukup tajam dan terkadang sangat kasar.
Entah sudah berapa kali dalam berbagai kesempatan aksi unjuk rasa Rizieq dan FPI meminta Jokowi mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia, terlepas apapun masalah yang diunjukrasai-nya.
Lantas bagaimana respon Jokowi dengan berbagai upaya agresif Rizieq Shihab and the Gank itu?
Jokowi terlihat biasa saja, cukup tenang, seperti tak terganggu seolah membiarkan anjing mengonggong kafilah berlalu.
Jokowi memang dikenal memiliki kesabaran yang cukup tinggi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapinya.
Saking sabarnya terkadang seperti membiarkan saja permasalahan yang berhubungan dengan Rizieq Shihab.
Seperti berbagai peristiwa pelanggaran hukum yang terjadi belakangan ini, saat Rizieq baru kembali dari “pertapaannya” di Arab Saudi.
Nyaris seluruh masyarakat Indonesia bahkan para pendukungnya mengecam dan kecewa dengan sikap Jokowi yang terkesan membiarkan berbagai pelanggaran dilakukan Rizieq.
Namun, dibalik kesabarannya itu ternyata Jokowi menyimpan serangan balik mematikan untuk menekuk mereka dengan sangat dramatis, bak seorang Grandmaster catur dunia.
Jokowi dengan lihai seperti sedang memainkan buah catur memakai gaya Anatoly Karpov yang sangat khas. Pecatur asal Rusia ini dikenal memiliki strategi yang sangat rapi terutama dalam membangun pertahanan.
Serupa dengan gaya sang Black Widow demikian julukan Karpov, yang seolah tak berbahaya karena terkesan membiarkan pertahanannya terbuka, tapi begitu lawannya berada di petak yang seolah nyaman, ia melakukan serangan balik yang mematikan.
Jokowi terlihat seolah membiarkan saja ulah Rizieq melanggar protokol kesehatan berkali-kali hingga puncaknya mereka dengan jumawa menyebutkan bahwa 10.000 orang bakal menghadiri acara pernikahan putri ke-4 Rizieq sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw padahal situasinya sangat tak relevan dilakukan dalam suasana pandemi seperti sekarang ini.
Jokowi seperti sudah berhitung benar bahwa masyarakat Indonesia bakal bereaksi keras terhadap tindakan Rizieq ini.
Di saat bersamaan Rizieq dalam situasi ektasi karena merasa menang, dalam pikirannya “lihat masyarakat dan pemerintah pun tak bisa berbuat apa-apa pada kami meskipun melanggar berkali-kali”
Situasi yang membuatnya lengah, tak diduga tak dinyana oleh Rizieq, namun sudah diperhitungkan betul oleh Jokowi, reaksi masyarakat begitu keras pada kejadian-kejadian tersebut sehingga melunturkan legitimasi Rizieq Shihab dan FPI-nya di hadapan masyarakat luas.
Bagai seorang Karpov, Jokowi kemudian mulai menggerakan para ksatrianya. Luncur (Kapolri) mulai bergerak secara diagonal sesuai nature-nya mengancam siapapun yang melakukan pelanggaran.
Benteng (Panglima TNI) pun bergerak menuju petak tengah, dengan koordinasi yang nyaris tak terdengar dan terlihat akhirnya Kuda (Pangdam Jaya) melakukan langkah mematikan membuat raja lawan terkepung.
Memang permainan ini belum sepenuhnya selesai, tapi Jokowi sudah menguasai petak terpenting untuk memojokan lawannya.
Rizieq Shihab dan FPI saat ini benar-benar dalam kondisi terpojok, nyaris tak memiliki jalan keluar dari tekanan permainan.
Citranya yang sudah buruk bertambah buruk lagi, Anies Baswedan dan PKS yang selama ini dianggap mampu melindungi kepentingannya terlihat seperti menjaga jarak karena mereka pun tak mau kehilangan legitimasi dari masyarakat.
PKS yang biasanya begitu frontal mendukung gerakan Rizieq terlihat mulai melangkah menjauh.
Seperti Anatoly Karpov, Jokowi cermat dalam membaca arah permainan dan mampu memanfaatkan kesalahan kecil lawannya sehingga membuat para musuhnya menyerah tanpa sadar.
Selain itu, Karpov pun seperti halnya Jokowi sangat pandai memainkan setiap bidaknya yang dia anggap sebagai nyawa permainan catur.
Ia tak memaksakan diri untuk bermanuver, ia teliti dan sangat sabar mencari kelemahan struktur permaianan lawan, untuk kemudian dengan fokus, akan menyerang titik lemah tersebut.
Kita tunggu langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh Rizieq dan FPI untuk menangkis serangan balik ini.
Apakah Jokowi mengakhiri permainan ini dengan indah dan elegan tanpa mempermalukan siapapun, sangat menarik buat ditunggu. (Penulis, Fery widiatmoko. Analyst yang bekerja di sebuah lembaga milik Negara)