Ilustrasi
AdaNews – Ingar bingar Pemilu 2024 sudah terasa. Beberapa tokoh menyatakan siap ikut dalam percaturan capres 2024. Termasuk di dalamnya para menteri Jokowi.
Nama-nama kepala daerah juga mencuat dalam beberapa lembaga survei. Sebut saja, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Di beberapa daerah muncul gerakan untuk mendeklarasikan pasangan capres dan cawapres. Di Jogjakarta, muncul gerakan mendukung Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Andika Perkasa. Pasangan ini digagas oleh Relawan Ganjar-Perkasa. Wayan Darma Putera selaku ketua relawan menyebut pemilihan keduanya bukan tanpa sebab. Namun, berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada masyarakat selama tiga bulan. Antusiasme masyarakat terhadap pasangan ini begitu besar.
Selain Ganjar-Perkasa, di daerah lain muncul gerakan yang sama. Di Jawa Barat muncul beberapa baliho bertuliskan “RK For President 2024.”
Selain itu, ada satu hal menarik untuk Pilpres 2024 mendatang. Yakni, kemungkinan munculnya tiga pasangan calon. Kemungkinan sangat bisa terwujud, apalagi beberapa partai telah merapatkan barisan menyusun strategi.
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)
Meski Pilpres 2024 masih cukup lama, sejumlah partai politik tengah menjalin hubungan intim dengan partai lain untuk menyusun strategi.
Poros pertama yang bisa menjadi kekuatan Pemilu 2024 adalah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Poros ini diisi oleh tiga partai pendukung pemerintah, Golkar, PAN, dan PPP.
Tak sedikit pihak yang menilai, munculnya KIB akan menganggu stabilitas pemerintahan. Namun, kemudian hal ini dibantah keras Ketua PAN, Zulkifli Hasan.
Besan Amien Rais ini menyatakan, kehadiran KIB tidak akan mengganggu stabilitas pemerintahan Jokowi. Pasalnya, Ketum Golkar, Airlanga Hartanto, merupakan menteri yang akan senantiasa mendukung program pemerintah.
KIB bahkan telah menandatangani nota kesepahaman pada Sabtu, 4 Juni 2022.
“Malam ini menjadi malam yang bersejarah karena kami bertiga Partai Golkar, PAN, dan PPP menandatangani kerja sama dan kerja sama ini,” tegas Airlangga (Kompas.com).
Kehadiran KIB, menurut Airlangga sejatinya guna menghindari polarisasi di tengah-tengah masyarakat karena pemilu, seperti yang terjadi pada dua edisi sebelumnya. Kala itu, Polarisasi masyarakat sangat terasa dan terbelah menjadi dua kubu. Tidak jarang perbedaan tajam itu memantik politik identitas atau SARA.
Ketua PKB, Muhamin Iskandar (Cak Imin) sempat melirik KIB. Namun, dengan satu syarat. Dirinya harus diusung menjadi capres. Tentu saja ditolak, mengingat KIB masih belum membicarakan tokoh. Selain itu, tiap partai memiliki jagoan masing-masing untuk capres 2024. Misal, Golkar ingin mengusulkan Airlangga Hartanto.
Bahkan, pada saat acara silaturahmi nasional KIB, tampak Ketua Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi. Banyak kalangan menyebut, kehadirannya sebagai sinyal jika Jokowi telah memberi restu.
Kehadiran Projo juga disinyalir guna mencari kendaraan politik bagi Ganjar Pranowo. Mengingat terjadinya perbedaan pendapat antara Jokowi dengan PDIP.
Jokowi dinilai lebih memilih Ganjar Pranowo dari pada Puan Maharani. Kodenya muncul pada saat acara Rakernas V Projo, Mei lalu. Dalam kesempatan itu, Jokowi meminta relawannya ‘ojo kesusu’ mengusung capres, meski kemungkinan yang bakal diusung hadir dalam acara tersebut.
Diketahui, Ganjar Pranowo saat itu hadir mendampingi Jokowi. Jadi, kehadiran Projo diacara KIB bisa dimaknai demi mencari kendaraan politik bagi Ganjar Pranowo pada pemilu 2024.
Meski begitu, politik selalu dinamis. Tidak setiap prediksi atau kejadian saat ini bisa dikaitkan untuk hal yang belum terjadi. Itu artinya semuanya masih sebatas spekulasi.
Koalisi Semut Merah (KSM)
Poros kedua adalah Koalisi Semut Merah, yang digagas dua partai islam. Yakni, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kedua partai telah menjalin komunikasi serius terkait dibentuknya koalisi ini. Namun, KSM juga masih membuka peluang bagi partai lain untuk bergabung.
Tentu saja KSM antusias menarik partai lain untuk bergabung, mengingat belum memenuhi ambang batas pencalonan (Presidential Threshold) 20 persen. Kedua partai ini baru mengumpulkan 17,89 persen.
Masih ada dua partai yang belum bergerak. Nasdem dan Demokrat. Perolehan suara Nasdem 8,27 persen, dan Demokrat 8,03 persen.
Ini artinya, KSM hanya butuh satu partai politik lagi untuk berkontestasi pada Pemilu 2024. Baik Nasdem atau Demokrat bisa menjadi kunci terwujudnya poros kedua ini lebih kuat.
Untuk capres yang diusung, tentu saja PKB akan tetap mengajukan Cak Imin. Apalagi jika koalisi ini benar-benar terjadi, maka PKB akan memiliki kans untuk memimpin koalisi. Pasalnya, perolehan suara PKB paling tinggi di antara empat partai tadi. Dengan hitungan ini, kemungkinan besar Cak Imin akan maju sebagai capres 2024.
Sementara, figur yang kemungkinan menjadi pasangannya adalah Anies Baswedan. Ini bisa dilihat dari unggahan instagram Wakil Ketua PKB, Jazilul Fawaid, yang menyandingkan keduanya dalam tagline “Bersatu untuk umat, capres dan cawapres”.
Namun, sekali lagi, duet ini bisa terbentuk apabila Nasdem atau Demokrat bergabung. Jika tidak? Ya. Wassalam.
PDIP-Gerindra
Koalisi ini bisa saja terbentuk pada pemilu 2024. Dua partai ini sudah melebih ambang batas 20 persen. Apalagi Prabowo dinilai tengah dekat dengan Megawati. Maka, bukan tidak mungkin, duet Prabowo-Puan akan terwujud.
Meski dalam kesempatan lain, Prabowo menyebut jika capres tidak selalu harus dirinya. Tiga poros capres bisa saja terbentuk jika PDIP dan Gerindra bersatu.
Seandainya Nasdem dan Demokrat bergabung dengan KSM, maka poros tiga capres akan tetap terbentuk. Pun begitu jika KIB mendapat dukungan dari Nasdem atau Demokrat.
Semoga saja poros tiga capres ini bisa terwujud. Mengingat sangat riskan jika hanya ada dua pasangan saja. Polarisasi kemungkinan bakal kembali sulit dihindari. (Elang Salamina)**