PDIP Enggan Kerjasama dengan Nasdem, PKS, dan Demokrat?

0 0
Read Time:1 Minute, 55 Second

AdaNews – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memang secara matematis menjadi satu-satunya partai politik yang bisa mengusung langsung pasangan capres-cawapres pada pemilu 2024 mendatang. Tapi, agaknya partai banteng ini tetap mengedepankan niatan untuk kerjasama, mencari kawan agar kekuatannya bertambah.

Menurut Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP, pihaknya telah melakukan berbagai komunikasi dengan berbagai partai politik lain. Di antaranya Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Partai Amanat Nasional (PAN), dan tentunya Gerindra.

Hmm…, mana Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, dan Nasdem? Iya, kenapa ketiganya tidak disebut oleh Hasto? Memang pada keterangan yang selanjutnya secara tersirat bahwa Puanlah yang berkomunikasi dengan semua ketua umum partai politik.

Namun, tetap saja tidak tersiratnya ketiga parpol tersebut menimbulkan pertanyaan, dan mau tak mau membuka lebar sejarah tentang hubungan PDIP dan ketiga partai tersebut di masa lalu.

Dengan PKS di level akar rumput terjadi polarisasi yang diakibatkan dari perbedaan ideologi dan menjadi semakin menguat saat pilpres 2014 dan 2019. Isu kebangkitan PKI dan komunisme serta berbagai tuduhan hoax pada PDIP menjadi bumbu yang membuat perbedaan semakin nyata.

Kemudian, didasari tidak ada pengalaman kerjasama antara kedua partai ini di level nasional, menjadi catatan sulitnya terwujud kerjasama. Hal tersebut tentu peluang kerjasama keduanya untuk 2024 seakan sudah tertutup.

Bagaimana dengan Partai Demokrat? Singgungan pentolan dari masing-masing partai agaknya masih ada yang belum terselesaikan. Imbas 2004, hingga sekarang tampaknya peluang kerjasama antara PDIP dan Demokrat sepertinya harus dinolkan.

Meski Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri sudah beberapa kali menemui Presiden Jokowi, tetap saja mantan walikota Solo itu hanyalah petugas partai. PDIP sebagai rumah bagi Jokowi tampaknya belum mau membuka pintu bagi Demokrat.

Terakhir dengan Nasdem. Lagi-lagi ada yang tidak selesai antar dua pentolan dari partai ini. Walau terbilang baru, karena sesuatu dan lain hal pasca pilpres 2019, hubungan kedua partai ini terasa hangatnya hanya di luaran saja. Hubungan keduanya seperti menyimpan bara sehingga tidak kelihatan tulusnya.

2019 agaknya menjadi bibit yang membuat renggangnya semakin terasa hingga jelang Pilpres 2024. Seperti diduga, Nasdem sudah memiliki jagoan dalam diri Anies Baswedan. Sementara, penerimaan PDIP terhadap Anies masih penuh tanda tanya.

Tapi, pada akhirnya tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Bersembunyi di balik istilah dinamis, apapun masih terbuka segala kemungkinan. Sepanjang secara kepentingan dapat saling terakomodir, beriringan bukan sebuah pilihan yang haram. (Elang Salamina)**

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: