Rizieq Shihab, FPI, dan Klaim Atas Nama Umat Islam

0 0
Read Time:3 Minute, 52 Second

AdaNews.id-Dalam perjalanan menuju kantor saya membuka laman media sosial Twitter. Saya scrolling dan kemudian menemukan trending topic dengan tagar #keadilanuntukumatIslam. Hampir 10 ribu percakapan yang ada di dalamnya.

Saya cermati satu per satu obrolan yang ada dalam tagar tersebut, ternyata ini berkaitan dengan insiden Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang menewaskan 6 orang Laskar Front Pembela Islam (FPI) pengawal Rizieq Shihab.

Koq, mengatasnamakan umat Islam yah, itu pertanyaan dalam pikiran saya. Padahal saya dan mungkin sebagian besar umat Islam lainnya di Indonesia tak pernah merasa terwakilkan dengan berbagai cuitan yang isinya menjelek-jelekan Pemerintahan saat ini.

Salah satu akun yang aktif dalam percakapan itu @CatWhoCode mengutip sebuah tulisan yang dirilis oleh laman media daring Tempo.co versi bahasa Inggris.

Selain itu akun yang sama mengutip berbagai pemberitaan di sejumlah media asing yang intinya mengutip pendapat beberapa analis politik asing bahwa demokrasi Indonesia di masa kepemimpinan Jokowi itu dalam titik nadir.

Dalam kaitannya dengan insiden tersebut, akun yang sama mengarahkan para pengikutnya untuk meyakini bahwa dalam insiden tersebut telah terjadi pelanggaran HAM.

Padahal, faktanya hingga saat ini Komnas HAM dan Tim Khusus yang dibentuk Propam Mabes Polri masih dalam tahap penyelidikan. Belum mengeluarkan kesimpulan apapun.

Namun pihak Rizieq Shihab dan FPI sepertinya tengah menggiring opini masyarakat bahwa mereka yang benar dan aparat hukum yang salah dengan mengatasnamakan umat Islam secara keseluruhan. Tak heran, tagarnya pun #KeadilanUntukUmatIslam.

Ini tidak benar, paling tidak saya dan sejumlah teman atau bisa saja sebagian umat Islam Indonesia tak memiliki pemikiran seperti Rizieq Shihab dan FPI-nya.

Sudah bukan rahasia lagi jika Rizieq Shibab dan FPI-nya selalu menggunakan umat Islam sebagai atas nama mereka. Ini merupakan claim dan frame yang sengaja di buat oleh Rizieq dan kelompoknya agar terlihat lebih megah, padahal mungkin hanya sebagian kecil umat Islam Indonesia yang menjadi pengikutnya.

Sesungguhnya, klaim atas nama umat Islam itu terlalu jauh karena hampir mustahil siapapun bisa menjadi wakil umat Islam Indonesia secara keseluruhan.

Jika mengacu pada data dari World Population review per April 2020, jumlah umat Muslim di Indonesia diperkirakan sebanyak 229 juta orang atau sekitar 87,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan yang berjumlah 263 juta jiwa.

Bagaimana mungkin jumlah umat Islam sebanyak itu dengan berbagai pandangan yang sangat heterogen diklaim dan merasa dimiliki oleh Rizieq Shihab dan pengikutnya, seolah seluruh umat Islam Indonesia menitipkan aspirasinya sebagai muslim kepada mereka.

Muhammadiyah saja organisasi Islam tertua di Indonesia, yang kiprahnya bagi kehidupan berbangsa dan beragama di Indonesia tak perlu dipertanyakan lagi, sependek pengetahuan saya tak pernah berpretensi untuk menjadi wakil umat Islam Indonesia secara keseluruhan.

Meskipun Muhammadiyah tak pernah melakukan klaim bahwa mereka mewakili umat Islam, tapi semua mafhum jasa Muhammadiyah terhadap perkembangan Islam dan kehidupan bangsa Indonesia.

Demikian juga dengan organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU). Siapa yang bisa menafikan kebesaran organisasi Islam terbesar di Indonesia atau bahkan di dunia ini. Jasanya sangat besar terhadap bangsa ini.

Pendirinya KH.Hasyim Asy’ari merupakan ulama besar, beliau lah yang mencetuskan revolusi jihad yang menjadi penyemangat perang melawan aneksasi Belanda pada tanggal 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Jumlah pesantren yang terafiliasi dengan NU lebih dari 25 ribu pesantren yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara, dengan sejarah panjangnya dan berbagai kebesarannya yang lain, NU tidak pernah mengklaim bahwa mereka wakil Umat Islam.

Klaim tertinggi dari NU hanyalah rumah besar bagi para pengikutnya, itu saja.

Demikian juga dengan ormas-ormas Islam lainnya seperti Persis, Perti, Al Wasliyah dan beberapa organisasi lain, tidak pernah mereka mengklaim atas nama umat Islam secara keseluruhan. karena mereka sadar bahwa klaim seperti itu tak elok dan tak benar untuk dilakukan.

Berbeda dengan Rizieq Shihab dan FPI-nya, mereka gemar sekali mengklaim atas nama umat islam. Padahal dari segi jumlah pun mereka sungguh tak layak untuk menjadi wakil seluruh umat Islam.

Hanya dengan bantuan teknologi internet terutama media sosial mereka terdengar sangat kencang seolah jumlah mereka itu masif.

Bagi mereka klaim itu penting agar eksistensi mereka tetap terlihat, supaya mereka memiliki ruang untuk memainkan posisi untuk kepentingan politik mereka.

Selain itu klaim sepihak seperti yang dilakukan Rizieq Shihab dan FPI itu bukti nyata menjadi tak terlalu penting, kan itu hanya sekedar klaim agar terdengar lebih megah, dan terlihat cool.

Karena itu klaim, maka tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan pihak yang mengklaim. Kita tak memiliki kewajiban apa pun untuk mempercayai klaim. Namanya juga klaim, yang biasanya memang dilakukan secara sepihak.

Tapi rasanya dengan perkembangan yang terjadi saat ini, saya sebagai umat Islam akan mulai bersuara untuk menolak klaim tersebut, saya tak pernah merasa menitipkan aspirasi saya sebagai Umat Islam kepada Rizieq Shihab dan FPI. Maaf…. Tidak atas nama saya. (Penulis adalah Ferry Widiatmoko, analyst di salah satu lembaga negara)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: