AdaNews.id-Kepulangan pentolan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, Selasa (10/11) begitu disambut suka-cita oleh ratusan ribu pendukungnya. Tibanya di tanah air, dia bak jadi raja sehari. Jalanan dikoyak, Bandara Soeta “diputihkan” sehingga mengganggu lalu lintas jadwal peberbangan waktu itu.
Tidak cukup sampai di situ. Selang berapa lama kemudian, kerumunan massa dengan jumlah besar kembali terjadi. Kali ini pemantiknya adalah acara nikahan putrinya—Syarifah Najwa Shihab dan acara peringatan Maulid Nabi Besar Muhamad SAW.
Tidak ada rasa bersalah sama sekali. Padahal apa yang dilakukan oleh Imam Besar FPI ini jelas-jelas bertentangan dengan anjuran pemerintah terkait protokol kesehatan pandemi Covid-19.
Sepertinya bagi Rizieq saat itu tak peduli dengan situasi di tanah air. Yang penting bisa menyalurkan hasratnya berkerumun dengan para pendukung dan kolega. Maklum, tiga tahun lebih lamanya dia “bertamasya” di Arab Saudi.
Parahnya, pemerintah dan aparat keamanan saat itu seperti mati kutu dan diam seribu basa. Kerumunan massa yang terus berulang dibiarkan begitu saja. Dan, Rizieq pun makin seperti bebas bertindak sesuka hati.
Baru setelah publik bereaksi dan warganet pun berkoar-koar di laman media sosial, ada sedikit ketegasan yang dipamerkan pemerintah. Pangdam Jaya, Mayor Jendral (Mayjend) Dudung Abdurachman mengerahkan anak buahnya untuk mencopoti segala atribut yang berbau Rizieq Shihab yang berada di sepanjang jalan protokol di Wilayah Petamburan. Misal, baliho dan spanduk.
Tindakan tegas Pangdam Jaya ini sebetulnya menuai banyak cibiran dari berbagai kalangan. Sebab, tugas mencopoti baliho dan spanduk adalah tugas dan kewenangan Satpol PP wilayah setempat.
Namun, Dudung seperti tidak peduli dengan segala kritik dan cibiran dimaksud. Dengan dalih menjaga kondusifitas keamanan, mereka jalan terus. Dan, hasilnya cukup epektif. Rizieq Shihab langsung meminta maaf dan berjanji tidak akan memancing atau menciptakan kembali kerumunan massa selama pandemi berlangsung.
Rencananya untuk reuni akbar 212 di Monas pun batal. Pun dengan kegiatan road show ke beberapa daerah. intinya Rizieq Shihab “takluk” pada aturan pemerintah.
Dengan permohonan maaf dan janji Rizieq untuk tidak berkerumun selama pandemi, tak sedikit publik mengira dan berharap bahwa segala permasalahan dianggap clear. Namun, nyatanya semua itu hanya mimpi di siang bolong. Rizieq Shihab tak hentinya memancing perbincangan publik tanah air.
Pentolan FPI ini tidak datang saat dipanggil Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangannya terkait kerumunan massa pada pesta pernikahan dan peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW. Dalihnya sakit akibat kelelahan.
Hal tersebut masih bisa dimaklumi. Wajar, orang sakit tidak menghadiri panggilan polisi. Namun, drama seolah tak ingin cepat berlalu. Sang Habib tiba-tiba kembali menghebohkan masyarakat tanah air dengan cara di rawat di Rumah Sakit UMMI.
Sekadar mengingatkan, rumah sakit ini sebenarnya khusus untuk merawat kesehatan ibu dan anak. Sementara, seluruh nusanrara pun tahu, Rizieq Shihab bukan lagi anak-anak apalagi perempuan. Dia adalah seorang pria paruh baya yang tidak seharusnya di rawat di RS UMMI.
Saat situasi tak menguntungkan, Rizieq Shihab malah berbuat ulah lebih menghebohkan. Dia kabur dari RS UMMI. Konon kabarnya melalui gudang obat pintu belakang.
Aparat kepolisian Polda Metro tidak mau kalah dengan permainan Rizieq Shihab. Mereka terus coba mendatangkannya dengan mengirimi surat panggilan kedua.
Drama pengiriman surat panggilan kedua pun terjadi. Sejumlah aparat kepolisian yang hendak menyampaikan surat panggilan tersebut dihadang sejumlah pendukung Rizieq. Mereka tidak diberi izin masuk ke Petamburan menemui sang Imam besar dimaksud.
Tapi, polisi jelas tak bisa digertak begitu saja. Mereka tetap menjalankan tugasnya dan meminta Rizieq untuk datang ke Polda Metro Jaya pada Senin (7/12).
Sayang, sebelum waktu pemanggilan tiba, sebuah insiden terjadi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM50. Enam orang laskar FPI yang katanya sedang mengawal perjalanan Rizieq Shihab menuju tempat pengajian internal keluarga tewas ditembak aparat kepolisian.
Tentang kematian enam orang laskar FPI ini masih simpang siur. Ada dua versi berbeda yang berkembang di masyarakat. Versi Polda Metro dan Versi FPI. Masing-masing Versi kekeuh dengan pembenarannya.
Pihak polisi terpaksa menembak mati keenam laskar tersebut karena telah menyerang aparat dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam. Sedangkan pihak FPI sendiri kekeuh, tidak ada penyerangan yang dilakukan pihaknya. Mereka pun membantah tentang kepemilikan senjata api dan senjata tajam seperti dituduhkan pihak kepolisian.
Namun, biarlah peristiwa tersebut di atas diusut tuntas oleh lembaga independen yang katanya akan segera dibentuk. Kita tunggu, versi siapa sebenarnya yang tidak berbohong.
Yang pasti, pasca peristiwa tersebut Rizieq Shihab kembali mangkir. Dalihnya masih tetap sama, yakni kelelahan.
Bila merujuk peristiwa sehari sebelumnya, dalih tersebut kesannya terlalu mengada-ada. Koq bisa orang yang katanya sakit akibat kelelahan keluyuran tengah malam menuju pengajian internal keluarga yang entah dimana hingga akhirnya terjadi peristiwa penembakan terhadap enam orang laskar FPI.
Apakah ini hanya bisa-bisanya Rizieq demi menghindari panggilan atau ada alasan lain? Wallahuallam Bhi Shawab.
Yang pasti, hari ini, Kamis (10/12), Polda Metro Jaya tidak mau main-main lagi. Seperti disiarkan salah satu televisi swasta nasional, tadi sore status Rizieq Shihab telah ditingkatkan dari saksi menjadi tersangka. Hal ini disampaikan langsung oleh Kabid Humas Polda Metro, Kombes Yusri Yunus, dalam acara jumpa pers.
Imam Besar FPI tersebut dijerat dengan Pasal 160 KUHP tentang hasutan melakukan perbuatan pidana dan Pasal 216 KUHP tentang melawan petugas.
Dalam kesempatan itu, Yusri menegaskan, bila Rizieq masih tetap tidak mematuhi aturan hukum atau kembali mangkir pada panggilan ketiganya, pihak Polda Metro tak segan akan menjemput paksa Imam Besar FPI tersebut.
Ditetapkannya Rizieq Shihab sebagai tersangka tentu menjadi babak baru dalam perjalanan panjang dirinya semenjak kembali menginjakan kakinya di tanah air. Menarik kita tunggu, apakah yang bersangkutan akan berjiwa ksatria dengan memenuhi panggilan atau malah kembali meloloskan diri dengan cara dan siasatnya. **Elang Salamina