AdaNews.id-Beberapa hari lalu Warga Pemukiman Jasmine di Bekasi Timur dikejutkan penemuan 27 ular Cobra di sekitar perumahannya. Fenomena kemunculan ular di awal musim hujan ini memang sesuai dengan siklus menetasnya telur ular.
Kejadian kemunculan ular di pemukiman ini memang terjadi setiap tahun, dan ini harus diwaspadai betul oleh warga agar tak menimbulkan korban.
Ular itu hewan yang menakutkan, secara fisik gerakannya nyaris tak terdeteksi. Jangan tanya bahaya yang ditimbulkannya jika ular menyerang.
Gigitan ular berbisa dapat mengakhiri hidup mahluk yang diserangnya. Bisa, menjadi senjata utama ular dalam mempertahankan diri sekaligus menyerang siapapun yang dianggap mengancamnya.
Lilitan, menjadi senjata lain bagi ular berukuran besar dalam melumpuhkan mangsanya. Ular Phyton dan Anaconda merupakan contoh ular yang menghabisi musuhnya melalui lilitan sebelum menelannya bulat-bulat.
Bisa ular merupakan ludah yang termodifikasi menjadi senyawa kimiawi berbahaya yang dihasilkan oleh kelenjar khusus yang dimiliki oleh ular tertentu.
Kelenjar yang mengeluarkan venom merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata yang dikemas dalam selubung otot.
Seram, ber-aura mistis itulah ular. Tapi kenapa kok hewan seseram itu dijadikan lambang untuk sesuatu yang berurusan dengan kesehatan, padahal ular diasosiasikan sebagai hewan yang mengancam kesehatan manusia?
Ya ilmu kedokteran dan pengobatan menggunakan ular sebagai logonya, dan itu tak hanya di Indonesia seluruh dunia logo dunia kesehatan, rumah sakit dan apotik itu ya ular dan mangkuk.
Bukan gelas, tapi mangkuk! Tahukah kenapa logo itu yang dipakai? Sebetulnya ada beberapa versi terkait sejarah logo dunia kedokteran dan apotik ini.
Menurut situs Britannica.com, ular yang ada dalam logo Apotik di seluruh dunia itu ialah ular milik Aesculapius atau Asclepius, seorang dewa dalam mitologi Yunani.
Aesculapius adalah dewa pengobatan yang memiliki hewan peliharaan berupa ular yang sangat setia, dan masyarakat Yunani meyakini bahwa ular itulah menjadi ilham bagi sang dewa dalam melakukan pengobatan.
Bisa ular sejak zaman baheula menyimbolkan kehidupan dan kematian. Bisa atau venom ini bila memasuki pembuluh darah akan mematikan (fatal), tetapi bila diminum dapat merupakan obat untuk menyembuhkan sejumlah penyakit.
Saat itulah ular milik Aesculapius dilambangkan sebagai penawar atau obat segala macam penyakit. Awalnya lambang dunia kedokteran ini berupa tongkat dililit ular atau disebut Staff of Aesculapius.
Tongkat yang dililit ular itu merupakan tongkat milik sang dewa Penyembuh Aesculapius. Namun setelah Aesculapius meninggal, tongkat dalam lambang apotik itu berubah menjadi mangkuk.
Kenapa demikian, mangkuk tersebut adalah milik Hygea salah satu putri dari Aesculapius. Tak ada keterangan yang jelas mengapa Hygea yang dipilih sebagai pengganti Aesculapius dibanding 4 putri lainnya, yaitu:
Iaso atau Recureperation, Aceso atau Recovery, Aglaea atau Healthy Glow, dan Panacea atau Universal Remedy.
Hygea digambarkan sebagai seorang Dewi kesehatan, kebersihan dan sanitasi. Itulah makanya sekarang kita mengenal kata “Higienis” yang memiliki makna bersih.
Kata Higienis berasal dari kata Hygea seorang Dewi perlambang kebersihan.
Nah jadi clear yah, bahwa lambang apotik dan dunia kesehatan itu mangkuk dan ular, bukan gelas dan ular. Terkadang apotik-apotik yang ada disekitar kita memakai ular yang melilit gelas sebagai lambanya.
Logo mangkuk yang dililit ular kemudian menjadi logo apotik dan asosiasi apoteker di seluruh dunia semenjak saat itu.
Ular ternyata memiliki cerita tersendiri bagi kehidupan seluruh mahluk. Penuh mitos dan misteri. (Penulis adalah Fery W, seorang analyst dari sebuah lembaga milik negara)